Watulawang

Ketika Rei sudah tidak lagi dibutuhkan

----- Original Message ----
From: rgs_afc <aikidofinancialclub@gmail.com>
To: Groups YIA <yayasan_indonesia_aikikai@yahoogroups.com>
Sent: Friday, October 5, 2007 12:21:00 PM
Subject: [yayasan_indonesia_aikikai] Ketika Rei sudah tidak lagi dibutuhkan

Subjek judul tadi sekilas lewat di pikiran saya, yang langsung bertanya apa jadinya ketika Rei sudah tidak lagi diperlukan?

Ketika seseorang akan memasuki dojo [ruangan berlatih] biasanya orang ini dalam posisi berdiri akan menundukkan setengah badan dan memberikan hormat. Juga ketika akan masuk ke tatami, akan memulai berpasangan untuk berlatihan, juga setelah selesai berpasangan, mereka akan melakukan Rei dalam posisi seiza [duduk / ala Jepang ; baca : ala Aikido]. Demikian pula ketika seorang instruktur yang memanggil muridnya untuk maju ke depan, ketika akan memberikan contoh teknik, si-instruktur [guru] akan memulai terlebih dahulu dengan rei dalam posisi seiza, dan setelah si-instruktur selesai memberikan contoh, dia akan menutup dengan rei dalam posisi seiza kembali. Sadar atau tidak sadar, sesungguhnya gerakan terbanyak ketika kita latihan didojo adalah gerakan REI yaitu gerakan memberikan penghormatan dengan menunduk dalam posisi seiza atau duduk, coba deh amati dan hitung berapa kali anda melakukan rei dibanding melakukan teknik.

Jika kita renungkan apa sih makna rei menurut pemahaman sehari-hari ketika berlatih Aikido? Rei adalah suatu bentuk penghormatan, permohonan, permintaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dari hati yang tulus dan penuh komitment dari si-pelaku REI kepada orang lain [teman pasangan berlatih,baik junior,senior, maupun kepada instruktur ataupun shihan].

Sikap Rei bisa juga implementasi pemberian sikap hormat kepada dojo tempat berlatih... pengertian ini bukan dalam makna religius yaitu untuk mendewakan atau menganggap tempat yg sakral atau kudus..... karena menurut saya adalah logis apabila kita menghormati suatu tempat, misalkan dojo, ruang kerja, kamar mandi, tempat tidur, maka jika kita hormati dan memperlakukan / merawat dengan cara yang baik, maka "tempat" itu akan memberikan respon positif pula kepada kita yang menggunakannya.

Di Aikido itu sendiri makna Rei menuntut kepada pelakunya untuk memberikan penghormatan kepada Alam Semesta [Universe] dan sesama manusia, tapi saya belum sanggup ngebahas di lingkup ini, jadi biar ulasan ga makin berantakan, kita batasin saja makna rei kepada sesama Aikidoka saja yah.

Dalam praktek sekarang, makna rei sudah mengalami kemunduran, yaitu terlihat dari adanya rei yang dilakukan asal-asalan atau setengah hati, seperti rei yang dilakukan sekedarnya saja yaitu

  1. kedua orang yg berpasangan dilakukan dalam posisi berdiri, lalu membungkukkan badan dengan asal menunduk & memberi hormat sambil mengucap onengashimas asal-asalan. ... atau ekstrimnya

  2. salah satu melakukan rei dalam posisi seiza dan pasangan lain memberikan rei [hormat] dalam posisi berdiri... nah seru kan.. terlihat seperti seseorang yang menyembah kepada orang lain. Posisi rei seperti ini adalah salah, karena sebaiknya rei dilakukan oleh 2 orang dalam posisi seiza [duduk].

Kegunaan kita berdisiplin melakukan sikap rei, akan menciptakan profile manusia yang senantiasa & selalu berkenan memberikan hormat yang mendalam kepada orang lain, dengan penuh ketulusan hati dan penuh komitment... . baik terhdap sesama aikidoka ataupun dalam kehidupan interaksi sosial sehari-hari.

Rei tetap harus diberikan kepada setiap orang dalam berpasangan [interaksi] walaupun kita tidak menyukai pasangan berlatih... dampak positifnya hal ini akan menciptakan aikido-ka yg low-profile walau dia telah mencapai tingkat yang tinggi sekalipun, karena penghormatan dengan cara rei harus tetap diberikan kepada senior maupun junior ataupun anggota baru sekalipun.

Dengan memupuk kedisiplinan rei sejak dini, maka pemberian rasa hormat akan tidak "menjadi-mahal atau bukan barang import" dan keharmonisan akan sangat mudah tercipta.

Sebaliknya, ketika penghormatan melalui sikap rei ini sudah sering diabaikan, sesungguhnya sikap ini akan menciptakan sikap :

  1. "mencoreng" kehormatan pribadi dari orang yang mengabaikan rei itu sendiri ; yang berdampak lebih lanjut yaitu

  2. si-pelaku akan pula meremehkan teknik atau gerak yang dilakukannya sendiri [sehingga teknik yang dilakukan tidak berkualitas / berbobot], dengan dampak luas yaitu

  3. lahirnya sikap ketiadaan penghormatan terhadap pasangan berlatih [seperti mengunci sekenanya saja, membanting se-enaknya saja tanpa memikirkan kehati-hatian dan keselamatan si-uke]

  4. dampak ekstrim dari ketiadaan rei, maka orang ini sangat mudah menghina atau menyalahkan teknik sesama aikido-ka baik kepada yg junior maupun kepada yg senior... dan cepat tersinggung apabila mendapat koreksi ketika berlatih.

  5. Keberhasilan mengabaikan rei dalam kehidupan sehari-hari akan muncul kegemaran "menggosip, mencemooh, menghakimi" seseorang telah berperilaku salah sesuai takaran pemikirannya sendiri.....

Apa sih ukuran REI yang harus kita perhatikan ?

Jawaban ini bisa beraneka ragam, saya mencoba menyimpulkan ukuran rei dengan penuh kesalahan disana-sini, yang mungkin masih memerlukan koreksi dari rekan sejawat aikido baik yg senior maupun yang junior..... antara lain

  1. adanya makna permohonan [meminta] kepada teman agar berkenan untuk berpasangan

  2. permohonan ini lahir dari hati yang mendalam dan penuh komitment atau sungguh-sungguh seperti : "saya memohon kepada anda agar berkenan berlatih dengan saya"....

  3. kesungguhan hati dan komitment ini diwujudkan atau diajukan [diminta] dengan segala kerendahan hati, hal ini diwujudkan dalam posisi duduk [rendah] dan kemudian disertai dengan sikap menunduk....

Ketika ketiga unsur ini benar-benar kita lakukan, niscaya "kesejukan" berpasangan akan dirasakan oleh pasangan berlatih kita ketika kita melakukan teknik sekeras atau secepat apapun, karena suatu teknik yang diawali dengan sikap rei yang benar, biasanya tidak akan menciptakan cidera atau timbulnya rasa sakit yang tidak perlu bagi rekan/teman berlatih.

Sikap/perilaku seorang aikidoka yang baik bukan diukur dari adanya kemampuan teknik yang baik, punya banyak murid yang banyak, bisa berceloteh sana-sini mengenai aikido. Seorang Aikidoka yang baik terukur dari sikap rasa saling menghormati terhadap sesama manusia, dan rasa menghormati terhadap teknik Aikido itu sendiri..... . dan sebagai penutup, apakah kita masih memerlukan rei atau tidak, itu adalah pilihan anda sendiri apakah anda akan menghormat diri sendiri dan orang lain atau tidak?

selamat berdiskusi, jika tulisan ini kurang berkenan, mohon kritisi dan saran.

rgs [anggota aikido biasa].


0 komentar: